Warkop merupakan suatu istilah kependekan dari warung kopi. Di tempat tersebut menjajakan sejumlah aneka makanan serta tidak lupa dengan berbagai macam kopi. Hampir seluruh masyarakat baik lapisan atas mapun bawah pernah mampir untuk sekedar minum kopi di warkop. Disamping dapat dijumpai di berbagai tempat, keberadaan warkop menjadi tempat yang dinilai merakyat. Dibandikan dengan tempat-tempat nongkrong di pusat perbelanjaan, masih jauh lebih ekonomis warkop ketimbang di mall. Oleh karenanya keberadaan warkop dinilai cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat menengah kebawah.
Penggunaan istilah-istilah untuk warung kopi cukup beragam, misalnya di solo menggunakan nama heek dan di Yogya menggunakan nama angkringan. Untuk istilah warkop sendiri umumnya digunakan di wilayah Jawa Timur, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang dan sekitarnya. Keberadaan warkop dinilai mampu menyatukan seluruh lapisan sosial bagi para pembelinya. Tidak ada perbedaan lapisan yang begitu mencolok ketika kita berada di suatu warkop. Para pembeli bisa menumpahkan segala aspirasi atau hanya sekedar bercanda dengan teman sesama. Atau bisa juga hanya sekedar menonton siaran televisi yang disediakan oleh pemilik warung kopi.
Identitas adanya warkop menjadi tempat untuk menyambung tali persaudaraan bagi para pembeli. Mereka bisa memperkenalkan diri atau menambah pertemanan ketika berada di warkop. Keberadaan warkop dalam hal ini dapat menyatukan seluruh masyarakat, serta mampu membangkitkan inspirasi melalui percakapan dengan teman sesama ketika dalam kondisi santai. Selain itu segala aspirasi dari masyarakat kecil umumnya yang ditujuhkan untuk pemimpin bangsa ini dapatlah dijumpai ketika berada di warkop. Mereka menuangkan aspirasi atau kritikan biasanya melalui obrolan dengan teman sesama ketika melihat siaran televisi yang disediakan oleh pemilik warkop. Disisi lain peran budaya cangkruk di warkop dapat melucuti budaya kemunafikan.
Akan tetapi dalam perkembangan warkop sendiri mengalami berbagai dinamika perubahan. Di era globalisasi ini, tepatnya pada zaman industri 4.0 perkembangan warkop tampak begitu mencolok dari sudut budaya komunikasi. Faktor ini disebabkan oleh derasnya teknologi informasi, seperti whatsap, instagram, line, game online dan lain sebagainya. Sejumlah kecanggihan teknologi informasi tersebut pada era sekarang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Bahkan usia anak kecil sudah dapat mengkonsumsi kecanggihan informasi tersebut. Ditambah pula dengan munculnya berbagai aplikasi game online yang bisa diakses melalui telphon seluler menjadi faktor tambahan dari berubahnya perkembangan warkop. Manfaat warkop pada saat ini bukan lagi menjadi tempat menjalin komunikasi, melainkan menjadi tempat untuk mengakses wifi.

Dalam hal ini pada akhirnya peranan warkop mengalami perubahan yang dahulunya merupakan tempat untuk bersosialisasi, kini menjadi tempat untuk mengakses koneksi internet. Hal ini menimbulkan suasana warkop dalam era globalisasi saat ini menjadi tempat yang individual. Era derasnya arus informasi ini menjadikan para pembeli di warkop memilih untuk menyibukkan diri masing-masing. Mereka menyibukkan dengan segala sesuatu yang berada di ponselnya. Oleh karena itu muncul istilah jika era derasnya arus informasi saat ini memberikan istilah yaitu menjaukan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Berkembangnya media informasi telah memunculkan dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Saat ini kehidupan setiap individu melahirkan corak-corak kehidupan yang semakin individual. Setiap individu disibukkan dengan dunia maya yang seolah-olah mereka nyaman didalamnya. Hal ini mengakibatkan mereka mengabaikan sesuatu yang terjadi di dunia nyata atau sekelilingnya. Pada saat ini setiap individu sebagian besar tidak bisa terlepas dari derasnya arus informasi. Mereka dibuat untuk mengkonsumsi setiap info-info terbaru dalam setiap harinya. Dalam hal ini membuat masyarakat yang memiliki ponsel dengan kecanggihan smartphone tidak bisa lepas darinya.
Arus informasi telah melahirkan budaya yang baru di era globalisasi. Budaya baru tersebut melahirkan generasi-generasi yang individual. Dalam budaya individual ini perkembangan warkop bukan lagi tempat untuk menjalin komunikasi, melainkan tempat untuk mengakses wifi. Adanya jaringan wifi juga menjadi tuntutan pasar dalam menggait konsumen. Saat ini akses wifi menjadi suatu promosi bagi warkop untuk meraih keuntungan. Umumnya konsumen juga melihat fasilitas yang disediakan oleh pemilik warkop. Mereka lebih memilih warkop yang terdapat akses wifi daripada yang tidak memilikinya. Ditambah pula dengan harga jual setiap makanan dan minuman yang bisa terjangkau, mengakibatkan setiap konsumen lebih memilih tempat tersebut.
Sebagian besar warkop disertai dengan fasilitas wifi didalamnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini merupakan tuntutan untuk kebutuhan pasar. Akan tetapi adanya akses wifi telah mengakibatkan fungsi warkop bukan lagi sebagai tempat untuk menjalin komunikasi dan budaya diskusi. Fungsi warkop sendiri pada akhirnya berubah menjadi tempat untuk mengakses wifi. Sikap individualme pada akhirnya melekat bagi para pembelinya yang sibuk dengan dunianya sendiri. Eksistensi warkop saat ini pada dasarnya mendukung kegiatan individual. Adanya wifi seharusnya dimanfaatkan dengan kegiatan semaksimal mungkin dan hanya seperlunya saja. Bukan berarti wifi menciptakan dunia sendiri dan mengabaikan dunia nyata.